KUMPARTA: KESADARAN
Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

Selasa, 20 Maret 2012

Kesadaran merupakan konsep yang dimiliki oleh manusia dalam menghadapi realitas sosial yang terjadi di sekitarnya. Kesadaran yang dilakukan oleh manusia merupakan gerak yang berkelanjutan dan kontinue dalam rangka merespon realitas sosial. Ekstropeksi merupakan suatu proses kesadaran yang diarahkan ke luar–proses untuk memahami yang ada di dunia luar. Sedangkan Intropeksi merupakan proses kesadaran yang diarahkan ke dalam-proses untuk memahami kegiatan psikologi diri sendiri dengan meperhatiakan yang ada di dunia luar, seperti kegiatan berfikir, merasa, dan mengenang. Dalam kenyataan, kesadaran bukanlah tiruan dari apa yang nyata, begitu pula dengan apa yang nyata bukan konstruksi kesadaran yang berubah-ubah. Ia hanyalah jalan setapak yang dialektis, dimana kita menemukan solidaritas antara subjektivitas dan objektivitas, sehingga kita dapat keluar dari kesalahan subjektivis atapun kesalahan mekanistis.

Dengan demikian jelas bahwa kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia yang digunakan dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi realitas. Manusia yang dikaruniahi akal budi merupakan mahluk hidup yang sadar dengan dirinya. Kesadaran yang dimiliki manusia adalah kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, kemungkinan masa depannya, sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati diluar keinginannya yang mungkin mendahului orang-orang yang disayanginya, atau sebaliknya yang ia cintai akan mendahuluinya, kesadaran akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam dan masyarakat. Semua kenyataan itu merupakan kenyataan eksistensi manusia dimuka bumi ini.
Kesadaran tumbuh dalam diri manusia dikarenakan hubungan manusia dengan pencipta, alam atapun dengan sesamanya. Misalkan pada tingkat dewasa, ketika seorang lelaki mengamati wanita berjalan, maka diri tersebut berada pada kesadarannya persepsi, ketika dia melihat wanita itu cantik, maka diri tersebut berada dalam kesadarannya evaluasi; ketika ia mengalami keadaan batin yang menyenangkan, menggembirakan, mengagumkan maka diri tersbut berada dalam kesadaran emosi, ketika ia berhenti untuk menikmati dan mengambil kesimpulan, dari fakta mengenai watak, usia dan kedudukan sosial maka kegiatan kesadaran tersebut merupakan kesadaran berfikir, ketika ia mengingatkan kejadian itu maka kegiatan kesadarannya mengenang, ketika ia memperhitungkan penampilan wanita tersebut akan lebih baik jika rambutnya pirang dan tidak coklat, dan bajunya berwarna ping bukan abu-abu maka  kegiatan kesadarannya berada pada kesadaran imajinatif. Begitulah pola dan proses manusia belajar untuk membentuk kesadaran. Selanjutnya kesadaran tersebut dapat dipetakan menjadi empat jenis kesadaran yakni ; kesadaran magis, kesadaran naif, kesadaran kritis dan kesadaran profetis. Pertama, Kesadaran Magis. Dalam pandangan kesadaran magis, untuk menganalisis permasalahan yang terjadi dengan pendekatan yang bersifat metafisika dan abstrak. Misalkan permasalahan kemiskinan umat pada hakekatnya merupakan ketentuan dan rencana Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu apa arti dan hikmah dibalik ketentuan tersebut.
Kedua, Kesadaran Naif. Kesadarana naif merupakan pandangan kesadaran yang perkembang dari kesadaran magis. Pada taraf kesadaran ini diarahkan pada individu, tidak mengarah pada hal yang metafisika dalam menganalisis sebuah persolan. Kesadaran naif tidak dapat melihat suatu permasalahan secara makro, sehingga tidak dapat mengurai sebab-sebab dan keterkaitan antara satu permasalahan yang satu dengan yang lain. Misalkan pada taraf kesadaran naif ketika dihadapkan dengan fenomena globalisasi dan kemiskinan, maka menurutnya merupakan kesalahn yang terjadi pada mereka dikarenakan dari sikap mental, budaya atapun teologi mereka. Kesadaran naif menilai kemiskinan tidak memiliki korelasi atau keterkaitan dengan masalah globalisasi ataupun paham neoliberalisme. Dalam rangka agar tidak menyebabkan kemiskinan maka yang dilakukan dengan menyiapkan SDM yang mampu bersaing dengan pasar, dan penafsiran pemahaman kegamaan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Ketiga, Kesadaran kritis yang dikembangkan melalui refleksi diri dikembangkan dalam modernitas yang mencapai kamatangannya dan terwujud dalam bentuk kehiduapan modern yang ditandai oleh gairah akumulasi modal secara rasional dan birokrasi rasional yang telah didukung oleh teknologi. Pada taraf kesadaran ini, individu mampu melakukan analisis terhadap suatu permasalah yang terjadai secara holistis dan makro, sehingga dapat menguraikan sebab-akibat dari suatu permasalan. Penguraian tersebut ia dapat memandang kelompok mana yang diuntungkan serta kelompok mana yang dirugikan. Misalnya kesadaran kritis yang dimiliki oleh individu dalam melihat permasalahan kemiskinan dan globalisasi maka memberikan pemahaman yang berbeda dengan kedua sebelumnya yakni magis, dan naif. Menurut kesadaran kritis, kemiskinan disebabkan oleh ketidak adilan system, struktur ekonomi, politik dan kultur yang ada.
Keempat, Kesadaran Profetik. Kesadaran profetik merupakan suatu kesadaran yang dimiliki oleh agama dalam rangka melakukan transformasi sosial pada satu tujuan tertentu berdasarkan etika tertentu pula. Sebagaimana kesadaran dalam Islam merupakan suatu bentuk kesadaran yang dimiliki manusia dari Tuhan untuk menentukan dan merubah sejarah, bukan manusia yang ditentukan oleh sejarah. Islam memandang kesadarannya merupakan kesadaran immaterial menentukan material, dengan maksud bahwa iman sebagai basis kesadaran menentukan struktur. Kesadaran dalam Islam merupakan bersifat independensi tidak pengaruhi oleh struktur, basis sosial, dan kondisi material. Yang menentuklan kesadaran bukanlah individu, seperti dalam kesadaran kritis, dimana menjadikan individu bersikap aktif dalam menentukan jalannya sejarah. Kesadaran kritis yang ditentukan oleh individu ini dapat terjatuh dalam pahan eksistensialisme dan individualism. Sedangkan kesadaran profetis, bahwa yang menentukan bentuk kesadaran merupakan Tuhan, dan ketentuan kesadaran ini untuk menebarkan sifat, asma dan af’al Tuhan didunia sehingga rahmat diperoleh manusia, dan bentuk kesadaran ini merupakan kesadaran Ilahiah untuk merubah sejarah, atau lebih fundamental disebut kesadaran TAUHID yang diturunkan dari kalimat: La Ilaha Illallah (Tiada Tuhan selain Allah) yang sekaligus menjadi ruh dalam melakukan transformasi mencari kesadaran akan kebenaran hakiki.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al Ikhlas ayat 1 sampai dengan ayat 4 sebagai berikut :

ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ   ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ   öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ   öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ  
Artinya :

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Dengan demikian jelas bahwa kunci sukses mencapai kesadaran yakni dengan jalan Ikhlas menerima eksistensi untuk menjalankan kodratnya dalam menjaga hubungan antara Manusia dengan Allah, Manusia dengan Alam dan hubungan Manusia dengan Manusia. Sebagai manifestasinya maka manusia dalam menjalani kehidupan harus sebagai ibadah yakni segala perbuatan yang ia lakukan semata-mata hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, ia malu jika mengharapkan upah berupa surga, meskipun itu tidak dilarang. Karena yang memberi kekuatan sehingga manusia mampu beribadah adalah Allah, maka tak sepantasnya manusia mengharapkan balasan. Sehingga hatinya berkeyakinan hanya Allah yang wujud, yang berhak disembah, semua gerak dan diamnya makhluk atas kuasa dan kehendak Allah, selain Allah tak dapat membawa dampak atau efek apa-apa.  Memandang semua amal ibadahnya adalah anugerah Allah, hatinya senantiasa bersyukur atas semua anugerah-Nya. Inilah kerangka kesadaran “Eling lan Waspodo”.   

  


Referensi :

Al Quran Surat Al Ikhlas 1-4
Abdul Khafi Syatra, 2010, Misteri Alam Bawah Sadar Manusia, DIVA press Yogyakarta.
As’adi Muhammad, 2011, Cara Kerja Emosi dan Pikiran Manusia, DIVA press, Yogyakarya
Krishna, Anand.dkk. 2000. Islam E.S.O.T.E.R.I.S: Kemuliaan dan Keindahan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Krishna, Anand. 2001. Ilmu Medis dan Meditasi: Conscious Mind, Subconscious Mind, Superconscious Mind, & No-Mind. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

0 komentar:

"Terima Kasih anda telah berkunjung di web ini. Semoga penyajian saya menjadi inspirasi dan bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Selamat Menikmati!