Diberdayakan oleh Blogger.
Postingan Populer
-
Simposium Nasional Akuntansi 15 dilaksanakan di Banjarmasin Tahun 2012. untuk mendownload Jurnal SNA 15 silahkan klic Link dibawah ini : ...
-
Simposium Nasional Akuntansi 13 dilaksanakan di Purwokerto Tahun 2010. untuk mendownload Jurnal SNA 13 untuk masing-masing bidang silahkan k...
-
Simposium Nasional Akuntansi 14 dilaksanakan di Aceh Tahun 2011. untuk mendownload Jurnal SNA 14 silahkan klic Link dibawah ini : ...
-
Simposium Nasional Akuntansi 16 dilaksanakan di Manado 25-28 September 2013. untuk mendownload Jurnal SNA 16 silahkan klic Link dibawah in...
-
Simposium Nasional Akuntansi 11 dilaksanakan di Pontianak tahun 2008. untuk mendownload Jurnal SNA 11 silahkan klic tautan dibawah ini : ...
Minggu, 24 Juni 2012
BAGIAN KEDUA
Akuntansi memiliki keyakinan bahwa
Postulat Akuntansi dan Konsep Teori akuntansi merupakan pernyataan yang tidak
perlu ada pembuktian, yang artinya bahwa akuntansi itu benar atau salah tidak
dibutuhkan pembuktian. Oleh karena itu akuntansi
tidak membutuhkan moral, etika apalagi kejujuran dan amanah, inilah pengakuan
bahwa akuntansi merupakan value free dan sekuler.
Struktur
Teori Akuntansi
Argumentasi yang menarik untuk disampaikan adalah bahwa akuntansi tidak akan muncul
ketika aktivitas kehidupan manusia tidak berkembang. Akuntansi tidak akan
muncul ketika manusia hanya sekedar menjalankan aktivitas perdagangan berupa
barter saja. Akuntansi tidak akan muncul ketika revolusi industri dimana
manusia mampu mengolah dan menghasilkan barang baru untuk memenuhi kebutuhannya
melalui pengolahan dan produksi barang dengan bahan baku dari alam tidak ada.
Akuntansi tidak akan muncul ketika aktivitas keinginan manusia tidak berkembang
dan hanya cukup dipenuhi oleh kebutuhan dengan bercocok tanam dan berburu saja.
Akuntansi tidak akan muncul ketika manusia tidak memiliki pengetahuan tentang
angka dan ilmu pengetahuan matematika.
Oleh
karena, aktivitas kehidupan manusia berubah dan berkembang, maka seiring dengan
itu pula akuntansi berkembang dan dibutuhkan. Namun sayangnya perkembangan
akuntansi tersebut tidak secara berimbang. Hal ini terlihat bahwa perkembangan
akuntansi hanya dipandang sebagai alat untuk membantu suksesnya suatu bisnis.
Untuk mencapai kondisi tersebut perhatian dicurahkan untuk lebih mendayagunakan
alat ini sehingga mampu diterima oleh seluruh penggunanya (generalisasi). Untuk
menopang hal itu, postulat dan konsep teoritis akuntansi harus dihadirkan.
Selain perhatian pada pendayagunaan
alat, perhatian juga ditujukan kepada obyektivitas penggunaan alat, dalam
menyajikan pelaporan keuangan kepada para pemilik bisnis sehingga terdapat
kesamaan pandangan dan opini ketika pemilik yang berbeda membaca pelaporan
keuangan yang diproduksi akuntansi. Untuk itu metode dan prinsip akuntansi
diperlukan kehadirannya. Metode dan prinsip ini kemudian dikembangkan dengan
meletakkan akuntansi diluar manusia yang membuat dan menciptakannya artinya
akuntansi harus independen atau value free, sehingga diperkirakan akan
dapat diterima oleh semua orang, semua organisasi dan semua kelompok yang
menginginkan kesuksesan bisnisnya. Pada kondisi ini teknik-teknik praktik
akuntansi diperlukan untuk menopang tujuan tersebut.
Struktur Teori
Akuntansi memiliki elemen penting yang meliputi pertama, Tujuan Laporan
Keuangan yakni menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Kedua, Postulat
Akuntansi yang merupakan pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri/tidak
memerlukan pembuktian atau disebut juga aksioma yang sudah terima karena
kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan mewujudkan) laporan keuangan yang
menggambarkan aspek ekonomi, politik, sosiologis dan hukum suatu lingkungan dimana
akuntansi itu beroperasi. Postulat Akuntansi meliputi :
a.
Entity
Menurut konsep ini kita bisa menyusun laporan keuangan sesuai
dengan kebutuhan pemakainya, maka setiap perusahaan dianggap sebagai unit
akuntansi yang terpisah dari pemiliknya. Yang menjadi perhatian dalam postulat
ini adalah para pemakai laporan keuangan bukan pada apa yang diinginkan oleh
teori akuntansi
b. Going concern
Postulat ini menganggap bahwa perusahaan akan terus melaksanakan
operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian, dan kegiatan yang
sedang berlangsung. Artinya bahwa perusahaan dianggap tidakakan berhenti,
ditutup atau dilikuidasi dimasa yang akan datang. Jadi postulat ini membenarkan
metode historical cost dan book value terhadap asset.
Unit of measure. Postulat ini menganggap bahwa setiap transaksi
harus diukur dengan suatu alat ukur atau alat tukar yang seragam (alat ukurnya
adalah uang/rupiah). Keterbatasannya ; informasinya dalam bentuk mata uang ;
nilai berfluktuasi karenatergantung kepada kemampuan dari daya beli uang
tersebut.
c. Accounting period
Dalam menyajikan laporan keuangannya harus dilakukan secara
periode. Pengertian periode adalah jangka waktu pelaporan yang dapat bulanan,
per triwulan, caturwulan, semester dan tahunan.
Ketiga, konsep teoritis akuntansi yang juga merupakan pernyataan
yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri/tidak memerlukan pembuktian atau
disebut juga aksioma yang juga sudah diterima umum karena kesesuaiannya dengan
(untuk menopang dan mewujudkan) tujuan laporan keuangan yang menggambarkan
sifat-sifat akuntansi yang berperan dalam ekonomi bebas yang ditandai oleh
adanya pengakuan pada pemilikan pribadi. Konsep teoritis tersebut meliputi :
a. The Proprietary Theory/Teori Kepemilikan
Menurut konsep ini, entity adalah sebagai agen, perwakilan atau
penugasan dari pengusaha atau pemilik. Tujuan utamanya adalah menentukan dan
menganalisa kekayaan bersih perusahaan yang merupakan hak si pemilik.
Asset - Utang = Ekitas Pemilik
b. The Entity Theory
Teori ini menganggap entity sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak yang menanamkan modal ke dalam perusahaan dan unit usaha
itulah yang menjadi pusat perhatian yang harus dilayani bukan pemilik. Dengan
demikian yang menjadi perhatiannya adalah Income.
Asset = Ekuitas Asset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham
c. The Fund Theory
Teori ini menganggap unit usaha merupakan sumber ekonomi (funds)
dan kewajiban yang ditetapkan sebagai pembatasan-pembatasan terhadap penggunaan
aset tersebut. Perhatian teori ini adalah asset.
Asset = Pembatasan Asset
Keempat, Prinsip dasar akuntansi yang merupakan prinsip sifat -
sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh outputnya (laporan keuangan) yang
menjadi dasar dalam pengembangan teknik atau prosedur akuntansi yang dipakai
dalam menyusun laporan keuangan. Adapun prinsip tersebut adalah :
a.
Dasar akrual
Dalam menyusun laporan keuangan pengakuan transaksi didasarkan pada
kejadian atau peristiwa bukan didasarkan pada transaksi kas
b.
Kelangsungan
usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa entity yang
dimaksud akan terus melanjutkan usahanya(tidak ada likuidasi)
c.
The cost principle(Prinsip Kos)
Sering disebut dengan historical cost, yaitu
dasar penelaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang. Dengan kata lain,
setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan.
d.
The revenue
principle(Prinsip Revenue)
Menjelaskan tiga hal, yaitu :
a.
Sifat dan
komponen revenue
b.
Pengukuran
revenue
c.
Bukti pengakuan
revenue
d.
The matching
principle(Prinsip Penandingan)
Prinsip ini mengatur agar pembebanan biaya harus dilakukan pada
periode yang sama dengan periode pengakuan pendapatan
e. The consistency principle(Prinsip
Konsistensi)
Menurut prinsip ini, kejadian ekonomis yang
sejenis harus dicatat, dilaporkan secara konsisten dari satu periode ke periode
yang lain. Artinya prosedur akuntansi yang sama harus diterapkan dalam periode
itu.
f.
The disclosure
principle(Prinsip Pengungkapan Penuh)
Laporan
keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian ekonomi
yang mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan berisi cukup informasi,
sehingga membuat orang baik umum atau investor paham dan tidak salah tafsir
terhadap laporan keuangan tersebut.
g.
The
conservatism principle(Prinsip Konservatisme)
Menurut prinsip ini, apabila kita dihadapkan untuk memilih di antar
dua atau lebih prinsip/teknik akuntansi yang sama-sama diterima, diutamakan
pilihan yang memberikan pengaruh keuntungan yang paling kecil pada equity
pemilik. Artinya pada prinsipnya adalah menganut sikap "kehati-hatian"
h. The materiality principle (Prinsip
Materialitas)
Menurut prinsip ini, transaksi dan kejadian yang
memiliki pengaruh ekonomi yang penting dapat dicatat dengan cara yang
dipermudah tanpa melihat apakah sesuai dengan prinsip dasar akuntansi atau
tidak serta perlu atau tidak diungkapkan.
i.
The Comparability principle (Prinsip Keseragaman)
Menurut Prinsip ini, prosedur digunakan secara seragam oleh perusahaan
yang berbeda. Tujuannya adalah komparabilitas laporan keuangan.
Kelima adalah Standar akuntansi yang berisi
peraturan-peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang
mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan dan pelaporan terhadap
semua transaksi atau kejadian-kejadian tertentu yang dialami oleh suatu lembaga
(entity) organisasi atau perusahaan. Seperti yang berkembang saat ini, yakni International
Financial Reporting Standards (IFRS).
Untuk
memahami struktur tersebut tentu dibutuhkan logika, dan ini memungkinkan setiap
orang memiliki pemahaman yang sama jika melihat dari satu sisi. Namun apabila
logika berpikir yang kita bangun adalah logika berpikir berimbang dalam
memahami konsep struktur teori akuntansi tersebut, maka pada titik tertentu
akan kita peroleh bahwa akuntansi maju dan berkembang hanya pada satu sisi (hanya
dengan logika matematika = logika materialism) dan mengabaikan sisi yang lain
(logika berimbang = logika kesetaraan). Hal ini yang akhirnya akuntansi
dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang mekanistis (paradigma positivis) dan
sistematis sekedar angka matematis saja sehingga harus dilihat pengaruhnya
terhadap kinerja bisnis berdasarkan angka laba/rugi yang dihasilkannya.
Sebagaimana disampaikan oleh Hines (1981;61) yang
mengemukakan, akan jadi apa “posisi keuangan” atau “kinerja” atau “ukuran”
sebuah perusahaan tanpa akuntansi keuangan ? tanpa konsep “aktiva”,
“kewajihan”, “modal”, dan “laba” (yang semuanya diterjemahkan dalam bentuk
angka). Dititik ini akuntansi merupakan ilmu pengetahuan yang mengedepankan
nilai-nilai materialism, rasionalism dan empirism. Inilah yang kemudian
menegaskan bahwa praktek akuntansi selama ini kental dengan
kapitalisme. Sehingga Sadar atau tidak bahwa perkembangan Ilmu
pengetahuan akuntansi dan kapitalisme selalu berinteraksi secara aktif melalui
gerak dialektika yang tidak dapat dihindarkan. Gerakan ini memunculkan
perkembangan teori akuntansi seperti Positive Accounting Theory (PAT) yang
sejalan dengan kapitalisme itu sendiri.
Kapitalisme
secara pasti telah melahirkan teknologi yang membawa perubahan radikal dalam
dunia modern. Sehingga akhirnya akuntansi, teknologi dan kapitalisme menjadi
tiga pilar yang saling membagi berperan dalam membentuk jaringan rasionalitas
instrumental, rasionalitas efisiensi, birokrasi dan kalkulasi cost/benefit
untuk memerdekakan dan mencerahkan manusia sesuai dengan cita-cita
pencerahannya. Seiring dengan kelahiran teorinya, akuntansi merupakan salah
satu ilmu sosial dimana ilmu pengetahuan dan prakteknya sama sekali tidak dapat
dipisahkan dari kapitalisme. Ini sejalan dengan asumsi pokok Positive
Accounting Theory (PAT) yakni:
“All
individuals’ action is driven by self-interest and individuals will act in an
opportunistic manner to the extent that the actions will increase their wealth” Deegan
(2006)
Intinya,
semua tindakan individu dimotivasi atau didorong oleh kepentingan pribadi,
bahkan tindakan oportunis (moral hazard) akan dilakukan, selama tindakan
tersebut mampu meningkatkan kesejahretaannya. Dalam kondisi seperti ini maka etika
dan moralitas individu atau praktisi bukan menjadi hal penting dalam
menjalankan praktek akuntansi. Sehingga pada tahap inilah agency
theory, stakeholder theory dan legitimasi theory hadir dalam rangka untuk
menjelaskan keadaan tersebut.
Seiring
dengan itu, Tricker (1978 ; 8) melihat akuntansi sebagai anak dari budaya di
mana akuntansi itu berada, atau dengan kata lain akuntansi sebagai suatu ilmu
pengetahuan maupun prakteknya dibentuk melalui interaksi sosial yang sangat
kompleks, jika lingkungan yang membentuk akuntansi tersebut adalah lingkungan
kapitalisme, maka perkembangan akuntansi sebagai ilmu pengetahuan dan
prakteknya akan bernafaskan kapitalisme juga. Beberapa bukti dalam dasawarsa
terakhir telah menunjukkan bahwa praktek akuntansi selama ini kental dengan
kapitalisme, bakhan, akuntansi dalam lingkungan idiologi kapitalisme menjadi
tidak berdaya dan mau tidak mau harus tunduk dalam idiologi kapitalisme.