Diberdayakan oleh Blogger.
Postingan Populer
-
Simposium Nasional Akuntansi 15 dilaksanakan di Banjarmasin Tahun 2012. untuk mendownload Jurnal SNA 15 silahkan klic Link dibawah ini : ...
-
Simposium Nasional Akuntansi 13 dilaksanakan di Purwokerto Tahun 2010. untuk mendownload Jurnal SNA 13 untuk masing-masing bidang silahkan k...
-
Simposium Nasional Akuntansi 14 dilaksanakan di Aceh Tahun 2011. untuk mendownload Jurnal SNA 14 silahkan klic Link dibawah ini : ...
-
Simposium Nasional Akuntansi 16 dilaksanakan di Manado 25-28 September 2013. untuk mendownload Jurnal SNA 16 silahkan klic Link dibawah in...
-
Simposium Nasional Akuntansi 11 dilaksanakan di Pontianak tahun 2008. untuk mendownload Jurnal SNA 11 silahkan klic tautan dibawah ini : ...
Senin, 02 Juli 2012
BAGIAN KETIGA
Timbul pertanyaan bagaimana bisa dalam aktivitas manusia terutama dalam
dunia bisnis yang perubahannya sangat pesat seperti ini ada keyakinan bahwa
akuntansi salah atau benar, bermanfaat atau menyesatkan tidak perlu ada
pembuktian ? jikalau demikian pertanyaan berikutnya adalah akuntansi itu
sebenarnya agama atau ilmu pengetahuan ? kalau dalam agama memang terdapat
kebenaran mistik, namun dalam ilmu pengetahuan tidak mengenal istilah kebenaran
mistik yang ada adalah kebenaran fakta (rasio dan empiris), yang perlu
ditekankan adalah keyakinan dalam akuntansi itu merupakan kebenaran fakta
(rasio dan empiris) atau kebenaran mistik ?
Prahara dalam
Praktek Akuntansi
Sebagai
konsekwensi dari kepatuhan terhadap pedoman hidup, akuntansi sampai detik ini
masih melandaskan pada logika matematika, yang kemudian dalam perkembanganya, karena
begitu kuatnya dominasi budaya kapitalisme akhirnya logika tersebut membentuk
logika akuntansi yang materialism, rasionalism dan empirism. Pada tahap ini
akuntansi merupakan ilmu pengetahuan value free. Implikasinya akuntansi
merupakan alat untuk membantu suksesnya bisnis semata. Keyakinan ini bagi
akuntansi merupakan keyakinan yang tidak dibutuhkan pembuktian. Pada tahap ini
akuntansi merupakan manifestasi dari doktrin/dokma postulat dan konsep teori
akuntansi. Implikasinya akuntansi melihat manusia (buruh) sebagai mesin,
pendulang Income bagi kepentingan manajemen dan Kas untuk meningkatkan
kekayaan/kesejahteraan bagi kasta tertinggi dalam akuntansi yakni pemilik
modal. Keyakinan ini bagi akuntansi merupakan keyakinan yang tidak membutuhkan
moral, etika apalagi jujur dan amanah. Pada tahap inilah akuntansi menjadi
standar akuntansi yang mengatur dan mengikat siapapun yang menjalankan praktek
akuntansi harus patuh dan taat terhadap nilai-nilai tersebut. Dari uraian
diatas dapat diungkapkan bahwa dalam akuntansi terdapat dua keyakinan besar
yang mendominasi pratek akuntansi yakni pertama adanya keyakinan bahwa akuntansi
itu benar atau salah tidak dibutuhkan pembuktian, inilah pengakuan bahwa
akuntansi merupakan ilmu pengetahuan value free. Kedua adanya keyakinan
bahwa akuntansi itu tidak membutuhkan moral, etika apalagi kejujuran dan
amanah, inilah pengakuan bahwa akuntansi merupakan sekuler. Timbul pertanyaan
bagaimana bisa dalam aktivitas manusia terutama dalam dunia bisnis yang
perubahannya sangat pesat seperti ini ada keyakinan bahwa akuntansi salah atau
benar, bermanfaat atau menyesatkan tidak perlu ada pembuktian ? jikalau
demikian pertanyaan berikutnya adalah akuntansi itu sebenarnya agama atau ilmu
pengetahuan ? kalau dalam agama memang terdapat kebenaran mistik, namun dalam
ilmu pengetahuan tidak mengenal istilah kebenaran mistik yang ada adalah
kebenaran fakta (rasio dan empiris). Terakhir yang perlu ditekankan adalah
keyakinan dalam akuntansi itu merupakan kebenaran fakta (rasio dan empiris) atau
kebenaran mistik ?
Bertolak
dari argument tersebut menjadi wajar rasaya ketika kasus demi kasus terjadi
dalam praktek akuntansi misalnya kasus yang terjadi di US seperti kasus KPMG,
Arthur Andersen, Ernst & Young, Deloitte & Touche, Pricewater House
Coper serta Friehling & Horowitz dalam kasus Computer Associatec, Lemout
dan Hauspie, Enron, World Com, Xerox, One Tel, AOL, Bristol-Myers Squibb,
Merrill Lynch, Tyco International, AIG. Di Eropa seperti sekandal
akuntansi BCC1, Maxwell, Polly Peck (UK) serta di Australia terjadi pada
perusahaan HIH Insurance. Selain itu di negara-negara berkembang seperti
skandal PT Bank Bali, Bank Lippo, Asian Agri and Sinar Mas Group (Indonesia),
Bangkok Bank of Commerce (Thailand), United Engineers Bhd (Malaysia), Samsung
Electronics and Hyundai (Korea). Dari berbagai kasus tersebut menjadi
pentanyaan siapa yang salah?, apakah akuntansi yang salah ? ataukah oknum yang
salah ?. jika logika berpikir kita menggunakan berdasarkan nilai-nilai
keyakinan dalam akuntansi, maka akuntansi tidak pernah salah, karena salah dan
benar bermanfaat atau tidak bagi akuntansi tidak membutuhkan pembuktian. Namun
jika logika berpikir yang kita bangun menggunakan logika berpikir yang berbeda
maka baik akuntansi maupun oknum yang berpratek sama-sama memiliki peluang
untuk salah, dan peluang untuk benar dengan konsekwensi jika salah maka harus
diperbaiki baik pada akuntansinya maupun pada oknumnya.
Langganan:
Postingan (Atom)